Melekat di Hati

■ Ira Zahara


2014

Hari ini hujan lagi. Terpaksa aku harus menepi ke sebuah warung  yang memberikan sedikit ruang untuk berteduh. Kulirik jam ternyata belum menjelang malam, baru jam 5 sore. Langit yang kelam berhasil mengelabuhiku.  Kuarahkan pandanganku ke atas, Alhamdulillah, Allah masih bermurah hati untuk menurunkan karunianya berupa hujan sore ini. Kemudian kuarahkan lagi pandanganku ke arah gang kecil yang berada tepat di seberangku. Aku melihat beberapa orang anak berlari-lari kecil sambil memegang Al-Qur’an, rupanya mereka baru pulang dari tempat mengaji. Tiba-tiba perasaan rindu menjalar di seluruh tubuhku. Seakan-akan ditarik ke masa lalu, aku berada di tempat yang berbeda dengan ragaku.

2009

“Di tangan ini ada doa, di mulut ini ada doa, di hati ini ada doa, esok kita tetap berdoa. Ya Allah, ya Tuhanku, terimalah doaku. Ya Allah, ya Tuhanku, kabulkanlah doaku.” Begitu anak-anak bernyanyi. Aku sudah memiliki penilaian sendiri, sepertinya menyenangkan, padahal ini hari pertamaku masuk ke Birena, dan ini pun baru acara pembuka. Lalu dilanjutkan dengan mendampingi adik-adik berwudhu dan sholat. Sesekali kuperingati adik ikhwan yang usil bermain air. Setelah solat kami senam, semua binaan Birena baik adik atau pun remaja ikut senam bersama. Setelah senam aku dipersilahkan untuk memperkenalkan diri. Senyumku semakin melebar, mungkin ada beberapa anak yang heran. Lama ku terpaku memegang mic, barulah aku berbicara. “Nama kakak Agy Wirabudi Pranata, asalnya dari Indramayu, kuliah di IPB jurusan kimia,” perkenalan berakhir. Seusai perkenalan, anak-anak berhamburan dari lapangan menuju tempat jajanan, ya tentu saja, “waktunya untuk istirahat”. Aku segera mengambil air wudhu dan pergi ke masjid Al-Hurriyyah untuk menunaikan solat dhuha. Setelah solat kupanjatkan doa, semoga aku bisa lebih baik lagi di Birena. Motivasiku masuk Birena karena terinspirasi oleh guru ngajiku,  aku ingin seperti beliau, bisa mengajar mengaji. Aku merasa beruntung dulu ada yang mengajariku mengaji. Oleh karena itu, aku juga harus mengajar supaya tidak meresa beruntung sendiri. Selain itu, mengajar dan sharing ilmu memang kesukaanku. Aku ingin mencari lingkungan yang baik dan ingin belajar berorganisasi. Semua harapan dan alasan sudah aku utarakan. Semoga bisa menjadi semangat selama aku berada disini.

Berlama-lama di masjid rupanya mengalihkan perhatianku, padahal ini sudah waktunya biru dan biah. Semua adik dan pembina berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Barulah terlihat adik dan remaja terpisah. Dari awal pembinaan tadi, adik dan remaja masih disatukan. Setelah selesai pembinaan aku berpisah dengan kelompokku. Tak lupa aku memberi tahu binaanku bahwa minggu depan akan ada berkebun . Hari pertama terlewati dengan baik.

2010-2012

Aku dan binaanku semakin akrab. Tak hanya pembinaan di Birena, kami pun sering bertemu di luar pembinaan. Kadang aku berkunjung ke rumah mereka, menyambung tali silaturahim dengan keluarga mereka. Dinamika terus berlanjut, tak hanya terjadi di lingkaran binaanku, rupanya banyak juga cerita diantara pembina-pembina. Dadaku agak sesak ketika satu persatu pembina ikhwan mengundurkan diri. Ya, ini masalah komitmen, memang agak berat merelakan satu hari yang bisa digunakan untuk istirahat, menyelesaikan tugas, mengikuti seminar-seminar yang membuka wawasan, dll. Tapi semua itu tak menyurutkan semangatku. Menurutku masalah anak-anak itu masalah masa depan, bukan hanya masa depan mereka tapi juga masa depan kita semua. Karena mau tidak mau mereka yang akan menggantikan orang yang sekarang dan bahkan kita nanti. Mereka yang akan menjadi pemimpin, jadi kalau kita tidak membimbing anak-anak menjadi baik, bisa jadi mereka akan menjadi pemimpin yang buruk. Aku benar-benar percaya efek domino itu. Itu kata Sahabat Ali dan Umar, dan Allah pun telah berfirman dalam ayat-Nya. Alasan lain yang membuat aku bertahan adalah orang-orang yang mau bergabung di Birena itu sedikit, padahal perannya begitu besar. Mungkin perannya tidak terlalu dirasakan civitas kampus, tidak terlihat , jadi kurang menarik. Oleh karena itu, aku berpikir kalau bukan aku, siapa lagi. Siapa lagi yang akan membina dan mengajarkan anak-anak ini. Padahal Allah telah bermurah hati memberikan pahalanya yang berlipat ganda bagi siapa saja yang membagikan ilmu yang bermanfaat.

Waktu cepat berlalu. Mulai dari tahun pertama dan kedua aku menjadi anggota, tahun ketiga aku menjadi kepala sekolah. Sungguh berat amanah yang kupegang. Tapi tetap kujalani dengan senyuman. Dengan melihat mereka bahagia, aku pun ikut bahagia. Tahun keempat tetap disana, menjadi pemerhati sampai aku lulus. Banyak sistem kepengurusan yang berubah sebelum aku menjadi kepala sekolah, mulai dari sistem kepengurusan, program kerja maupun jumlah pembina. Sewaktu aku menjabat menjadi kepala sekolah, Birena melakukan pemekaran, sehingga Birena sekarang sejajar dengan LDK yaitu menjadi LSO (lembaga semi otonom). Birena merupakan salah satu departemen dibawah LDK Al-Hurriyyah. Dulu, jumlah pengurusnya pun sedikit. Alhamdulillah sekarang jumlah pembina bertambah banyak. Sistem pembinaan pun menjadi lebih ketat dan teratur, memudahkan bagi para pembina dan adik, namun ada satu hal yang disayangkan, sepertinya kedekatan antara adik dan pembina tidak selekat dahulu. Tapi semoga saja hal itu bisa diatasi.

Banyak sekali hal yang kudapatkan dari Birena. Setiap waktu di Birena selalu menggoreskan kesan bagiku. Suatu organisasi yang terlihat kecil tapi kaya akan ukhuwah. Di sana aku belajar untuk meningkatkan pengetahuan agama, softskill, ilmu berkeluarga, dan bermasyarakat. Aku ingin memulai dari Birena. Mudah-mudahan Birena bisa lahir dimana-mana, sehingga efeknya bisa lebih besar.

Akhirnya aku sampai pada kesimpulanku, setelah melewati beberapa tahun di Birena aku sadar bahwa diluar alasan itu semua, ada satu alasan utama yang kemudian kupegang erat-erat yaitu ibadah dan dakwah. Ya, semua aku lakukan ikhlas karena Allah.

Besar harapanku membuat Birena lebih baik lagi. Baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tercapai semua targetan-targetan dari kepengurusan yang telah ditetapkan. Harapanku untuk para pengurus semoga tetap istiqomah mengabdi pada Allah lewat Birena, Birena tidak hanya dijadikan tempat mencari pengalaman, tapi dijadikan tempat mengaktualisasikan keinginan untuk ibadah dan berbuat baik ke sesama. Rumah yang didalamnya terdapat anggota-anggotanya tuk saling berbagi. Baik itu semangat, ilmu, pengalaman, dll. Birena tidak hanya sekedar tempat mengaji anak-anak saja. Di dalamnya ada harapan besar, ada impian mulia, ada semangat membara dari anak-anak yang Allah titipkan ke Birena. Jangan sia-siakan itu. Dakwah Birena tidak sekedar untuk anaknya saja, tapi juga untuk keluarga dan masyarakat Darmaga pada umumnya. Mengurusi Birena memang butuh waktu ekstra, butuh pengorbanan lebih, butuh biaya tambahan. Tapi yakinlah bahwa itu hanya hitung-hitungan duniawi yang melelahkan. Amal itu butuh pengorbanan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan dihari kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama orang tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju syurga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (mesjid) untuk membaca kitabullah dan mempelajarinya diantara mereka, melainkan ketentraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka ditengah para Malaikat yang berada disisi-Nya. Barangsiapa diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi) maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.” (HR Muslim).

2014

Tak disangka, Allah dengan cepat mengabulkan doaku. Hujan berhenti, tapi senyumku masih merekah. Masa-masa indah itu. Kini aku harus melanjutkan perjalanan, tak lagi di tempat itu, di Birena. Walaupun sudah berlalu, cerita-cerita itu masih melekat di hati. Semoga harapan-harapanku tentang Birena bisa terwujud. Ed: F & T

Silahkan tulis kesan dan pesanmu di sini..! :D